loading...
loading...
Dua wanita asal Sukabumi ini berangkat dengan tiga wanita lainnya yang berasal dari Kabupaten Rangkasbitung, Banten. Kelimanya menjadi TKW karena bujukan gaji besar dari sponsor.
SBMI menyebut para wanita ini merupakan korban kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). SBMI meminta pemerintah segera mengambil tindakan dan memulangkan lima TKW di Irak tersebut.
SBMI menyebut para wanita ini merupakan korban kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). SBMI meminta pemerintah segera mengambil tindakan dan memulangkan lima TKW di Irak tersebut.
"SBMI akan mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku Kasus TPPO ini, dan segera memulangkan TKW yang berada di daerah konflik tersebut," ungkap Mohammad Koim.
Koim menuturkan bahwa proses pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di daerah konflik sudah berdasarkan pasal 73 ayat 1 huruf c Undang Undang Nomor 39/2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI.
Sementara itu, DM (21 tahun) yang berada di Irak mengaku dilarang memiliki SIM Card adapun koneksi internet terhubung dengan jaringan wifi umum. Handphone yang digunakanya dibawa dari Indonesia yang dia sembunyikan saat berangkat.
Berangkatnya DM menjadi TKW setelah tergiur tawaran kerja di sebagai pelayan pusat perbelanjaan dengan gaji Rp 9 juta dari sebuah sponsor penyalur tenaga kerja. Dia yang memang sedang membutuhkan uang akhirnya menerima tawaran tersebut bersama empat temannya. Satu masih berasal dari Sukabumi yaitu EW dan tiga wanita dari Banten.
Sebelum diberangkatkan, dirinya terlebih dahulu ditampung disebuah kontrakan di daerah Lenteng Agung Jakarta. Setelah itu barulah DM bersama empat orang lainnya berangkat pada 24 Desember 2017 ke luar negeri tujuan Irak namun dengan visa turis. Mereka masuk ke daerah Arbil Irak melalui Turki.
"Saya ke sini empat hari perjalanan, lewat turki dan turki lewat darat masuk ke Irak. Pesawat transit di Qatar langsung ke Turki. Saya gak boleh ngomong mau kerja sama pihak sponsor. kalau di bandara ada yang nanya suruh ngaku mau liburan," ungkapnya.
Saat tiba di Irak, DM bukan kerja di sebagai pelayan di pusat perbelanjaan tapi menjadi pembantu. Penyesalan pun datang namun tak bisa berbuat apa-apa. Janda anak satu ini mengaku orang tuanya di Sukabumi sakit karena mengetahui kondisinya di luar negeri.
DM tetap ingin pulang tapi kebingungan dalam hal prosesnya dan tak ingin membuat repot orang tuanya.
"Saya jadi bingung orang tua malah jadi sakit tahu keadaan saya disini. Gimana saya jadi bimbang gak tega orang tua jadi banyak pikiran. Saya juga bingung tak tahu mesti gimana jujur saya pengen dipulangkan," jelasnya.